Taliabu,transtimur.com — Yasmin seorang anak perempuan berusia 13 tahun asal Dusun Meang, Desa Tubang, Kecamatan Taliabu Timur, Kabupaten Pulau Taliabu, hanya bisa pasrah menerima kenyataan hidup yang dialaminya ditengah keinginan besarnya untuk mengenyam bangku pendidikan seperti anak seusianya terpaksa harus kandas
Mimpi Yasmin putri sulung dari ayah bernama Udin untuk sekolah terpaksa pupus karena penyakit Hidrosefalus yang diidapnya sekian lama. Hidrosefalus atau penumpukan cairan di dalam rongga jauh di dalam otak, sudah dialami Yasmin sejak masih bayi.
Hal itu disampaikan oleh orang tuanya, Udin, bahwa gejala awal yang diderita oleh putrinya sejak bayi hanyalah demam, “kita tidak tahu juga, tapi sejak saat itu mempengaruhi kondisinya sampai saat ini” jelas Udin beberapa waktu lalu seperti dikutip dari PUTRABHAYANGKARA.CO.ID, Selasa (24/08/2021)
Sebagaimana Hidrosefalus pada umumnya, kepala Yasmin juga semakin membesar dan badannya kian menurun sehingga menyebabkan ia tidak bisa berdiri, apalagi berjalan. Jika hendak bermain sebagaimana anak seusianya, Putri sulung Udin itu hanya bisa merangkak
“Jadi Kalau ingin main dia hanya merangkak, itupun sebatas teras saja”, kata Udin.
Sebelumnya, Yasmin sempat diikut sertakan dalam untuk mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar, namun karena sang ayah yang kesehariannya sebagai petani dan nelayan telah sampai pada ambang batas kesanggupannya. Sebab, setiap Yasmin hendak kesekolah dirinya harus dibopong sang ayah. Kondisi itulah yang membuat kegigihannya menuju masa depan harus pupus
“Dia dulu pernah ikut sekolah, setiap pagi saya gendong, siangnya juga begitu, jadi saya pikir tidak akan sanggup, jadi dia tidak lanjut lagi. mana pekerjaan, apalagi diusianya sekarang yang sudah beranjak remaja “,Imbuhnya.
Terkait dengan penyakit yang diderita Yasmin, Udin mengatakan bahwa, pernah beberapa tahun yang lalu, pihak Dinas kesehatan Pulau Taliabu datang menemui mereka, bahkan saat itu, Dinas Kesehatan juga mengusulkan kepada orang tua Yasmin agar Yasmin dibawa kerumah sakit untuk di Operasi.
Namun hal itu tidak pernah dilakukan Udin, karena secara ekonomi, orang tua tunggal Yasmin itu mengaku sangat terkendala oleh biaya. “Pernah dari dinas kesini, mereka usulkan untuk operasi, tapi itu harus ada biaya”,tutur Udin lagi.
Secara fisik mungkin berbeda, Yasmin tidak seperti teman-teman sebayanya, yang setiap hari bisa merasakan keceriaan. Namun, Yasmin masih bisa berbicara, bisa tersenyum, bahkan bisa bercerita tentang keinginannya untuk duduk dibangku pendidikan. “Iya, saya ingin Sekolah”, ucap Yasmin sembari tersenyum saat ditanya. (uly)
Komentar