Hilangnya Narasi Ekologis Dalam Debat Kandidat Ke-2 di Halteng

Oleh:

                        Yusril Buang

Halteng,Transtimur.com-Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan agenda demokrasi yang di gelar lima tahun sekali. Selain sebagai sarana pergantian dan regenerasi kepemimpinan, Pemilukada juga menjadi ajang bangun ide sekaligus perumusan kebijakan baru yg sarat akan daulat zaman dan dinamika sosial-kemasyarakatan.

Momentum lima tahunan ini, menghendaki tangan semua orang, baik dari masyarakat bawah (low class), hingga kalangan atas (hight class) untuk turut mengambil bagian dalam menentukan masa depan daerah kedepan.

Kabupaten Halmahera Tengah, sebagai salah satu daerah industri-strategis, belakangan menjadi daerah yang hangat diperbincangkan publik. Menariknya tema yang menjadi arus utama perbincangan itu jauh dari keunikan kebudayaan dan potensi daerah.

Justru yang mendominasi adalah masalah daerah seperti perkelahian antar suku, pembunuhan warga hingga kerusakan dan kejahatan lingkungan hidup ekstrim yang tak berkesudahan.

Minggu, 17 November 2024 bertempat di aula kantor Bupati Halmahera Tengah KPU Kabupaten Halmahera Tengah menggelar debat kandidat kedua dengan tema : Penguatan Infrastruktur, pertumbuhan ekonomi inklusif dan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang berkelanjutan.

Tema debat yang bagi penulis sangat relevan dengan kondisi sosio politik dan ekonomi masyarakat. Tema yang mengisyaratkan betapa kompleksnya problema daerah yang sesegera mungkin di atasi oleh kita semua, terlebih-lebih para kandidat yang sekarang dalam masa kontestasi pada Pemilukada 2024.

Jauh dari harapan, forum debat justru di warnai oleh diskursus yang asal-asalan, asal tampil, asal bertanya dan asal menjawab. Akibatnya, debat berujung pada pengurasan stamina seremoni dan adu yel-yel yg memicu konflik antar sesama.

Dalam kacamata ilmiah, hampir kita tidak menemukan hipotesis, saya berani menyebut hipotesis karena untuk mengambil kesimpulan (konklusi) rasa-rasanya tidak mungkin.

Menjadi sebuah keanehan, karena masalah paling mendasar dalam hal ini Kerusakan lingkungan hidup yang setiap detik menimpah daerah ini malah hilang dalam narasi dan ingatan para kandidat. Ketiga paslon lebih fokus pada pembangunan ekonomi masyarakat dan mengabaikan pembangunan kualitas lingkungan hidup, seakan ekonomi dan ekologi adalah dua hal yang bertentangan. Padahal kita semua tidak bisa hidup tanpa kualitas lingkungan yg harmonis dan berkelanjutan.

Halmahera Tengah menjadi daerah yang maju secara ekonomi tetapi terancam dalam aspek lingkungan hidup. Pengerusakan Lingkungan hidup di Weda Tengah dan Pulau Gebe, cukup jadi bukti kongkrit bagi kita semua bahwa tingkat kerusakan baik di darat maupun di laut sangatlah ekstrim dan membutuhkan perhatian serius dari kita semua.

Halmahera tengah tidak bisa di baca hanya dalam waktu lima sampai 10 tahun kedepan, karena usia Perusahaan yang cukup lama mengharuskan langkah ihtiar lewat rancangan dan pembacaan kualitas hidup manusia dalam sisi lingkungan hidup yang lebih jauh kedepan. Karena tidak bisa kita nafikkan, bahwa akan ada ekspansi perluasan lahan hingga ke daerah paling pelosok dan terpencil di daratan halmahera tengah secara keseluruhan.

Secara Global, Halteng menjadi daerah yang disiapkan untuk menjawab mega proyek global negara-negara besar seperti Tiongkok, Jerman, amerika dan Jepang dalam hal percepatan produksi Kendaraan Listrik. Halmahera Tengah menjadi daerah korban di balik perang bisnis negara-negara di atas. Olehnya jangan heran, kalau Penguasa Jakarta dan antek-anteknya turut campur tangan dalam pemilukada 2024 dalam rangka pengamanan investasi (pengamanan kerusakan lingkungan hidup).

Hal ini menandakan bahwa Pemilukada Halmahera Tengah tidak sebatas agenda formal Demokrasi Prosedural dalam rangka melahirkan bupati dan wakil bupati saja, tetapi ada misi besar elit yang terus mengintai dalam rangka percepatan dan pengamanan investasi yang sarat akan kerusakan lingkungan hidup di halmahera tengah.

Melalui bangunan argumentasi Ketiga pasangan calon pada debat tadi, penulis menduga ketiga paslon masih buta huruf terkait dengan narasi Pembangunan Berkelanjutan dan kebijakan Lingkungan Hidup (pro environment) di halmahera tengah, mereka justru monoton pada pembangunan ekonomi sesaat dan mengabaikan problem vital ekologis yang berkelanjutan.

Sebagai putra daerah, kami menitipkan amanah ini kepada siapapun yang terpilih, bahwa Pembangunan ekonomi harus di barengi dengan pengelolaan lingkungan hidup yg bersih dan harmonis. Seperti kata Sonny Ceraf “ Kembalikan Ekonomi pada Habitat Ekologisnya”.

Komentar