Warga Desa Modapia Belum Nikmati PLN

Sula,Transtimur.com – Warga Desa Modapia, Kecamatan Mangoli Utara, Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara , masih belum nikmati layanan Listrik dari Perusahan Listrik Negara (PLN) sejak Indonesia Merdeka hingga saat ini.

Padahal, warga telah memenuhi seluruh persyaratan yang diminta pihak PLN Cabang Dofa, Kecamatan Mangoli Barat, namun realisasi pemasangan jaringan listrik tak kunjung terwujud.

Saat ini, Warga hanya mengandalkan listrik Desa yang beroperasi dari Pukul 18.00 hingga 23.00 malam. Operasi mesin listrik tersebut bergantung pada iuran warga sebesar Rp 150.000 per Kepala Keluarga (KK) untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) jenis solar.

Dengan durasi Listrik PLN yang terbatas, warga kesulitan menjalankan aktivitas yang membutuhkan pasokan listrik stabil.

“Kami sudah siapkan semua yang diminta PLN sejak 2023, termasuk surat Hibah lahan dan persyaratan lainnya. Tapi sampai sekarang, satu batang tiang listrik pun belum ada,”ungkap salah seorang Warga Desa Modapia, Raski Soamole pada Sabtu (9/2/2025) malam.

Raski memgatakan, Desa Modapia, satu-satunya Desa di Pulau Mangoli yang hingga kini belum nikmati layanan listrik PLN, kecuali Desa-desa yang berada di Pulau.

Tambah Raski, Kondisi ini menjadi ironi, mengingat seluruh Desa di Pulau Mangoli sudah nikmati Listrik 1×24 jam, tapi Warga Modapia masih menggunakan listrik Desa. Warga merasa terpinggirkan dan berharap agar DPRD, Pemda Sula, serta PLN Cabang Dofa menjawab keluhan ini.

“Kami hanya ingin mendapat hak yang sama seperti warga Desa lain yang sudah menikmati listrik PLN. Sampai kapan kami harus bertahan dengan kondisi seperti ini?”tanya Raski.

Selain kesulitan listrik PLN, kata Raski yang juga sebagai mantam Presiden BEM STAI Sula ini bahwa, Warga Modapia juga mengalami masalah serius dengan jaringan telekomunikasi. Sinyal Telkomsel yang seharusnya menjadi andalan masyarakat untuk berkomunikasi tidak stabil, bahkan sering kali hilang.

“Penggunaan internet berbasis satelit seperti Starlink pun sangat terbatas karena hanya bisa digunakan saat listrik menyala. Kondisi ini semakin menyulitkan warga dalam mengakses informasi dan berkomunikasi dengan keluarga di luar Desa,”bebernya.