Transtimur.com – Desa Fagudu dan Desa Mangon Kecamatan Sanana Kepulauan Sula Maluku Utara mengikuti Sekolah Lapangan Gempa Bumi yang dilaksanakan oleh Badan Meteorologi klimatologi dan Geofisika (BMKG) pusat di Aula Istana Daerah, pada Selasa (7/3/2023)
Deputi Bidang Geofisika BMKG RI Dr. Suko Prayitno Adi, M.Si menyampaikan, Trend frekuensi kejadian gempa bumi yang meningkat, dan juga mekanisme pembangkitan tsunami yang semakin kompleks.
Maka perlu segera dilakukan penguatan dan pengembangan Edukasi Keslapsiagaan dan Respon menghadapi Gempabumi dan Tsunami Indonesia. Sesungguhnya, risiko bencana tersebut dapat kita kurangi apabila kita secara terencana dan terukur melakukan upaya mitgasi yang melibatkan semua pihak termasuk masyarakat.
“Provinsi Maluku Utara pada umumnya, dan Kabupaten Keputauan Sula pada khususnya merupakan salah satu wilayah yang rawan gempabumi dan tsunami Gempabumi yang terjadi di wilayah Kepulauan Sula, dipicu oteh keberadaan aktivitas sesar Sula, sesar Mangole dan sesar Taliabu,”ungkapnya
“Gempabumi Taliabu 29 November 1998, Gempabumi Sanana 18 Januari 1975, dan Gempabumi Sula 25 Januari 1965 merupakan gempabumi yang membangkitkan tsunami dan mengakibatkan kerusakkan infrastruktur di barat Maluku Utara dalam kurun waktu lima 60 tahun terakhir,”sambungnya
Atas sejarah itu, Sepatutnya ini menjadi pengingat kita bersama, khususnya masyarakat pesisir Kabupaten Kepulauan Sula, untuk selalu waspada terhadap kemungkinan bencana gempabumi dan tsunami yang dapat terjadi secara tiba-tiba.
“Di wilayah Kepsul terdapat beberapa objek wisata yang membuat tingkat risiko terhadap bencana khususnya gempabumi dan tsunami menjadi tinggi karena adanya wisatawan. Namun demikian tingkat risiko tsunami tersebut dapat kita kurangi dengan meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan Masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam menghadapi potensi bencana,” Katanya
Dengan begitu, Masyarakat perlu diadvokasi agar peduli dan siap untuk merespon tandatanda bahaya alam, sama baiknya dengan memahami peringatan resmi. Pembangunan kapasitas melalui tsunami ready community juga pertu menjadi program yang berkelanjutan di Kepulauan Sula. Edukasi untuk membentuk kesadaran, kesiapsiagaan dan kewaspadaan sangat penting.
Hal demikian, sehingga Peranan UPT Balai Besar dan Stasiun Geofisika menjadi kunci dalam penggerak pembentukan Tsunami Ready Community, bersama dengan pihak-pihak terkait di daerah.
“Masyarakat perlu melakukan implementasi 12 Indikator Siaga Tsunami yang dibentuk oleh UNESCO IOC dalam rangka mewujudkan zero victims pada wilayah berisiko tsunami. Setidaknya, dengan terpenuhinya 12 indikator tersebut.
Wilayah tersebut dinilai relatif lebih siap dalam menghadapi ancaman bahaya tsunami. Hal itu akan meningkatkan kepercayaan dan minat para wisatawan dan investor baik lokal maupun asing ke wilayah tersebut,” tutupnya. Maradona