Transtimur.com – Pemilika lahan Arjun Sangaji boikot 7 unit Homestay atau Penginapan di Tanjung Waka, Desa Fatkauyon, Kecamatan Sulabesi Timur, Kepulauan Sula, Maluku Utara.
Arjun mengaku sering dibohongi oleh Kepala Dinas (Kadis) Parawisata Kamarudin Drakel. Dimana perjanjian bagi hasil pengelolaan 7 unit homestay pasca kegiatan festival tanjung waka 2022 lalu tidak ada kepastian Tanah atau lahan ini milik saya, ada sertifikat nya,
“saya juga sering di bohongi jadi saya palang 7 Homestay, karena saya butuh kepastian dari Pemda Sula terkait perjanjian kelola Homestay yang didirikan di Pantai Waka yang tidak lain lahan saya bersertfikat,”jelas belum lama ini
Sebelumnya, dirinya mengelola 7 unit Homestay itu tapi dua bulan dengan perjanjian lisan bahwa penggunaan homestay satu harga Rp 600 ribu.
“Mereka (tamu) selalu bawa Nama Bupati untuk setiap kali bayar, kalau bayaran pas atau lebih tidak apa-apa, tapi kebanyakan tidak bayar atau bayaran kurang, ini yang buat saya dan istri resah, karena biaya perawatan Homestay dari uang sewa kerap kurang, malahan uang pribadi kami yang keluar,” bebernya.
Ia akan terus palang 7 unit homesstay itu hingga ada kejelasan dari Pemda Sula melalui Dinas Parawisata
“Saya palang 7 unit Homestay sudah mau masuk 2 minggu, dan saya akan palang terus sampai ada kejelasan dari Pemda Sula terkait Pengelolaan Homestay di atas tanah saya,” tutupnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Kepsul, Kamaludin Drakel menyampaikan terkait pengelolaan 7 Homestay di Pantai Tanjung Waka oleh pemilik lahan Arjun Sangaji, itu kemauan pemilik lahan atau Tanah sendiri, tanpa koordinasi dengan Dinas Pariwisata.
“Untuk kunci 7 Homestay awalnya saya yang berikan kepada mereka karena Pihak Pemilik Tanah mengancam bongkar semua Homestay atau kami harus pindahkan Homestay dari tanah mereka,”ujarnya.
Kamaludin menjelaskan, tidak tahu menahu terkait tamu yang sering pakai Homestay bawa nama Bupati
“Kalau tamu yang dibawa oleh saya pasti saya bayar uang sewa Homestay nya serta koordinasi dengan mereka tanpa bawa nama Ibu Bupati,” bebernya.
Ia juga mengaku, kunci Homestay diambil karena mau di bersihkan untuk persiapan turis yang mau berkunjung ke pantai Waka.
“Alasan lain juga di dalam Homestay nampak tak terurus dan kurang tertata seperti kloset WC kotor dan atap yang sudah rusak,” tutupnya.