Transtimur.com–Sebuah helikopter milik aparat Filipina yang jatuh pada Sabtu, (6/1/2021) telah menewaskan 7 orang, dua diantaranya pilot dan 5 penumpang termasuk seorang kolonel Angkatan Udara.
Pihak militer Filipina mengatakan, helikopter jenis Huey H-1 Angkatan Udara Filipina jatuh di tanah garapan di Propinsi Bukidnon, Filipina Selatan. Dikutip dari CRI Online, hasil penyelidikan pertama menunjukkan, helikopter ini mengalami gangguan teknis pada mesin enjin.
Padahal menurut pihak Militer Filipina, helikopter berjenis UH-1H dari era Perang Vietnam yang telah diperbarui dan biasa dikenal dengan julukan Huey itu, terbang pada Sabtu (16/1/2021). Heli Huey lainnya juga diterbangkan guna mengirimkan logistik ke pangkalan terpencil di Pantaron, sebuah wilayah pegunungan di Provinsi Bukidnon.
“Helikopter lain memberi tahu lewat radio bahwa mereka melihat asap. Selanjutnya, heli itu menabrak lapangan terbuka,” kata Komandan Divisi Infanteri ke-4 Angkatan Darat Filipina, Mayor Jenderal Andres Centeno, dikutip The New York Times, Minggu (17/1/2021).
“Tidak ada korban yang selamat ditemukan saat tim penyelamat mencapai daerah itu,” katanya.
Nama-nama korban kecelakaan heli itu tidak dirilis ke publik karena masih menunggu pemberitahuan dari keluarga mereka. Namun, penumpang dengan pangkat tertinggi di antara mereka adalah seorang kolonel angkatan udara, ungkap militer Filipina.
Sementara, enam penumpang lainnya terdiri atas tiga penerbang dan tiga orang yang bertugas di ketentaraan.
Pangkalan operasi di Filipina Selatan didirikan sebagai bagian dari upaya Manila memberantas Tentara Rakyat Baru atau NPA—kelompok bersenjata bagian dari Partai Komunis Filipina. Kelompok pemberontak telah terlibat konflik intensitas rendah dengan Pemerintah Filipina sejak 1969.
Pasukan pemberontak itu diperkirakan berjumlah sekitar 5.000 orang, turun dari jumlah tertingginya sebanyak 20.000 yang tersebar di seluruh Filipina pada awal 1980-an
NPA menyatakan rencananya membentuk “tim partisan” untuk melakukan pembunuhan terarah di kota-kota. “Tim partisan” itu mengacu pada regu khusus Partai Komunis Filipina yang pernah menebar teror pada era 1980-an, selama rezim korup diktator Ferdinand Marcos berkuasa.
Korban paling terkenal dari regu pembunuh itu adalah Kolonel James Rowe, seorang penasihat militer AS yang tewas dalam penyergapan oleh NPA di utara Manila pada 1989.
Kecelakaan heli Sabtu kemarin terjadi sehari setelah Panglima Angkatan Bersenjata Filipina, Jenderal Gilbert Gapay, memerintahkan para komandan untuk meningkatkan upaya membongkar gerakan gerilya NPA demi mengakhiri pemberontakan mereka tahun ini juga.
“Semua front gerilya komunis yang tersisa akan ditangani secara bersamaan dan dikalahkan menjelang akhir 2021,” kata Jenderal Gapay, Jumat (15/1/2021).(red/Okenews)
Komentar